Doktrin Dahiya, Strategi Brutal Israel dalam Konflik Iran-Israel
Doktrin Dahiya, Strategi Brutal Israel dalam Konflik Iran-Israel
Oleh: Muhammad Naufal Taftazani, S.H. (#NaufalLawyer - 18 Juni 2025)
Akar Kekejaman Doktrin Dahiya
Doktrin Dahiya, dinamai dari distrik di Beirut Selatan yang dihancurkan Israel pada 2006, adalah strategi militer yang melegitimasi **penggunaan kekuatan tak proporsional** terhadap warga sipil dan infrastruktur publik. Diformulasikan oleh mantan Jenderal Israel Gadi Eisenkot, doktrin ini secara terbuka menyatakan: "*Kami akan menggunakan kekuatan tidak seimbang dan menyebabkan kerusakan besar di setiap desa yang menyerang Israel*" . Eisenkot, kelak menjadi Kepala Staf IDF, menegaskan bahwa kawasan sipil dianggap "pangkalan militer" sehingga penghancuran total dibenarkan—sebuah narasi yang mengabaikan prinsip pembedaan dalam hukum perang .
Pelanggaran Hukum Humaniter Internasional
Strategi ini secara gamblang melanggar **Konvensi Jenewa IV Pasal 51**, yang melarang serangan disproposional dan hukuman kolektif terhadap populasi sipil . Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menegaskan bahwa prinsip proporsionalitas mensyaratkan "*kerugian sipil tidak boleh berlebihan dibanding keuntungan militer konkret*" . Namun, Doktrin Dahiya justru menjadikan trauma warga sipil sebagai alat tekanan politik, seperti terlihat dalam pernyataan Menteri Pertahanan Israel Israel Katz: "*Penduduk Tehran akan menanggung konsekuensinya*" sebelum serangan Juni 2025 .
Bukti Penerapan di Gaza dan Lebanon
Di Gaza, doktrin ini telah berlangsung selama 16 tahun:
- **Operasi Cast Lead (2008–2009)**: 1.400 warga Palestina tewas, termasuk 300 anak-anak. Laporan PBB menyebutnya sebagai "*serangan disproposional yang dirancang untuk menghukum dan meneror populasi sipil*" .
- **Perang 2023–2024**: 39.000 korban Palestina (70% warga sipil), penghancuran 60% permukiman, dan krisis kelaparan yang sengaja dijadikan senjata perang .
Di Lebanon, pola serupa terulang: sejak 2024, IDF membombardir Beirut Selatan hingga memicu pengungsian massal dan merusak 70% infrastruktur vital .
Eskalasi ke Iran dan Dampak Kemanusiaan
Pada Juni 2025, Israel mengancam menerapkan Dahiya Doctrine ke Tehran dengan dalih "menggagalkan program nuklir Iran". Namun, sasaran justru meluas ke:
- **Infrastruktur sipil**: Studio TV Nasional Iran dihancurkan saat siaran langsung, depot bahan bakar, dan kompleks perumahan .
- **Pemindahan paksa**: 330.000 warga Tehran diperintahkan mengungsi sebelum serangan dimulai—taktik yang sama digunakan di Gaza utara pada 2023 .
Korban sipil Iran dilaporkan mencapai 224 jiwa, sementara kerusakan ekonomi diproyeksikan membutuhkan rekonstruksi puluhan tahun .
Sebagai penutup, kebrutalan Dahiya Doctrine memperlihatkan kegagalan tata kelola konflik global. Jika komunitas internasional tidak menindak tegas pelanggaran ini, masa depan kemanusiaan akan dikorbankan demi logika "keamanan" yang barbar. #StopDahiya.
Komentar
Posting Komentar