Demo Ricuh DPR RI Memakan Korban, Suara Aktivis Banyuwangi Menggema di Podcast #NaufalLawyer
Demo Ricuh DPR RI Memakan Korban, Suara Aktivis Banyuwangi Menggema di Podcast #NaufalLawyer
Banyuwangi Aktivis Podcast #NaufalLawyer Episode 2 mengangkat tema besar yang sedang mengguncang tanah air: “Demo Ricuh DPR RI Memakan Korban.” Diskusi ini menyoroti tragedi meninggalnya Affan Kurniawan, seorang driver ojek online yang tewas terlindas kendaraan taktis Brimob saat kericuhan aksi di depan Gedung DPR RI.
Peristiwa ini memicu gelombang kritik dari berbagai kalangan, termasuk para aktivis dan tokoh Banyuwangi. Mereka hadir dalam podcast ini untuk menyuarakan pandangan dari berbagai perspektif: hukum, ekonomi, profesi maritim, hingga advokasi generasi muda .
Kericuhan demo di depan DPR RI bukan sekadar peristiwa politik biasa. Tewasnya Affan Kurniawan menghadirkan luka mendalam bagi masyarakat. Sebagai pekerja ojek online, Affan adalah representasi rakyat kecil yang setiap hari berjuang di jalanan. Namun di tengah perjuangannya, ia justru menjadi korban dari situasi represif aparat.
“Tragedi ini membuktikan lemahnya perlindungan terhadap warga kecil. Aparat yang seharusnya menjadi pengayom malah berperan sebagai alat represi,” kata host podcast, Muhammad Naufal Taftazani, membuka diskusi .
Suara Aktivis Banyuwangi
1. Abdul Basir, S.H. – Lawyer Banyuwangi
Dalam pernyataannya, Abdul Basir mengungkapkan keprihatinan mendalam. Ia menyebut perilaku DPR dan pemerintah saat ini jauh dari kepedulian terhadap rakyat.
“Saya sangat miris, bahkan berbicara ini membuat saya merinding. Rakyat marah dengan perilaku DPR dan pemerintah. Katanya efisiensi, tapi justru menaikkan gaji pejabat di tengah rakyat kesulitan. Ada apa dengan pemerintah ini?” ujarnya .
Basir juga menyoroti anggaran DPR yang mencapai Rp9 triliun per tahun, atau sekitar Rp1,3 miliar per anggota dewan setiap bulannya. Menurutnya, angka tersebut tidak masuk akal dalam kondisi ekonomi sulit.
Ia pun mendesak Presiden Prabowo agar turun langsung menemui masyarakat:
“Jangan hanya membaca laporan di atas kertas. Turunlah ke bawah, lihat sendiri kondisi rakyat Indonesia sebenarnya,” tegasnya .
2. M. Arief Akbar – Pengusaha Banyuwangi
Sebagai pelaku usaha di Banyuwangi, M. Arief Akbar menyoroti lemahnya kompetensi aparat kepolisian.
“Ada yang salah dengan kompetensi adik-adik polisi kita. Banyak yang diterima karena faktor keluarga atau uang. Akhirnya terbentuk polisi-polisi yang panikan, pemarah, dan bersenjata tanpa kompetensi,” jelasnya .
Arief menilai, masalah ini tidak bisa dilepaskan dari kepemimpinan nasional. Menurutnya, instansi di bawah akan meniru kualitas pemimpin di atas.
“Bangsa ini sekarang dipimpin oleh wakil presiden yang tak memiliki kompetensi. Jangan heran kalau aparat di bawahnya juga ikut tidak kompeten,” katanya .
3. Capt. Rudi Kamseno – Pelaut
Capt. Rudi Kamseno, seorang pelaut yang sedang bertugas di perbatasan Saudi–Iran, menyoroti sisi historis tragedi ini.
“Ini bukan pertama kali korban jatuh di tangan aparat. Tahun 2020 juga ada, bahkan lebih parah. Tapi waktu itu publik diam, karena korban digiring opini sebagai kaum intoleran atau anarkis. Kasusnya tenggelam begitu saja,” ungkapnya .
Ia menilai kasus Affan berbeda karena menyentuh komunitas besar, yakni ojek online.
“Kalau bicara ojol, itu komunitas dengan emosi kolektif. Maka kematian Affan jadi viral, karena banyak orang merasa terwakili,” ujarnya .
4. Arif Wicaksono, S.H. – Ketua Young Lawyer Committee Banyuwangi
Arif Wicaksono memberi tanggapan singkat namun penuh makna. Ia menilai insiden ini sebagai cerminan arogansi aparat.
“Sangat prihatin. Ini menunjukkan aparat negara yang arogan, dan itu fatal,” tegasnya .
Dari diskusi ini, terlihat jelas benang merah: hilangnya empati pemerintah dan aparat terhadap rakyat kecil. Kritik dari para tokoh Banyuwangi menegaskan bahwa peristiwa ini bukan sekadar insiden tragis, melainkan simbol kegagalan negara dalam melindungi warganya.
Affan Kurniawan telah menjadi simbol. Bukan hanya korban, tetapi juga cermin bagaimana demokrasi seharusnya bekerja. Aparat negara tidak boleh arogan, pemerintah tidak boleh abai, dan rakyat berhak mendapatkan keadilan.
Banyuwangi Aktivis Podcast #NaufalLawyer Episode 2 menegaskan pentingnya ruang publik bagi masyarakat untuk menyuarakan kritik. Dari Banyuwangi, suara aktivis bergema menuntut perubahan: agar pemerintah lebih peduli, aparat lebih humanis, dan rakyat tidak lagi menjadi korban.
Sebagai kanal media dari #NaufalLawyer Group, www.NaufalLawyer.com berkomitmen untuk terus menghadirkan ruang aspirasi, diskusi, dan advokasi demi tercapainya keadilan sosial.
Komentar
Posting Komentar